Anak Matah Pariaman Sebagai Ide Penciptaan Karya Seni Lukis
Main Article Content
Indah Novela Zaskia
Elvis
Hanafi
Karya seni lukis ini terinspirasi dari fenomena budaya perempuan Pariaman yang dikenal sebagai anak matah, yaitu perempuan yang telah menikah dan memikul peran sosial serta tanggung jawab adat dalam struktur kekerabatan Minangkabau. Penciptaan karya ini menyoroti perbedaan karakter dan nilai budaya antara anak matah pada era 1970-an dan masa kini. Anak matah pada dekade 1970-an dikenal sangat menjunjung tinggi adat dan istiadat, menjalani kehidupan berumah tangga dengan nuansa tradisional yang kuat, serta menggunakan simbol-simbol budaya dalam keseharian mereka. Sebaliknya, anak matah masa kini cenderung lebih praktis, santai, dan tidak lagi sepenuhnya terikat pada simbol-simbol adat, sehingga mencerminkan pergeseran nilai dalam menjalani peran tersebut.Proses penciptaan dilakukan melalui pendekatan personal-emosional dan kultural-reflektif, dengan metode eksplorasi visual, observasi budaya lokal pariaman, serta wawancara dengan Bundo Kanduang dan perempuan anak matah lintas generasi. Hasil penciptaan berupa lima karya seni lukis beraliran surealisme dengan teknik plakat dan aquarel, menggunakan simbol-simbol budaya seperti carano, suntiang, kebaya, hena dan songket. Simbol-simbol ini mempresentasikan dinamika antara adat, cinta, rindu, dan perubahan nilai budaya dari era 1970-an dengan masa kini. Karya ini diharapkan menjadi ruang reflektif bagi masyarakat, khususnya perempuan Pariaman, dalam memahami kembali identitas dan peran mereka ditengah arus perubahan sosial budaya.
A.A. Navis . Alam Takambang Jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau" oleh. "Perubahan Adat Perkawinan Minangkabau Pada Awal Abad ke-20" dalam buku "Perempuan dan Modernitas"
A.A.M. Djelantik. 2001. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
Bagindo Armaidi Tanjung(2012). Kehidupan Banagari di Kota Pariaman. Pariaman: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pariaman Kerjasama dengan Pustaka Artaz.
Buku :
Dharsono Sony Kartika dan Nanang Ganda Prawira (2004). Pengantar Estetika. Bandung: Rekayasa Sains.
Dr. Nur Iswantara (2016). Kritik Seni Seni Kritik. Semarang: Gigih Pustaka Mandiri.
Ir. Edison Piliang, dan Nasrun Dt. Marajo Sungut (2020). Budaya dan Hukum Adat di Minangkabau. Bukittinggi: Kristal Multimedia.
Kartika, D.S. (2004). Pengantar Estetika. Bandung: Rekayasa Sains.
Kartika, D. S. (2017). Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains.
Kartika, D.S.; Prawira, Nanang Ganda, (2007). Pengantar Estetika. Bandung: Rekayasa Sains.
M.Dwi Marianto (2002). Seni Kritik Seni. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Mukaddas,A. B., (2021) Jurnal Pendidikan Seni Rupa: Unsur-unsur Seni Rupa Dalam pertunjukan Wayang Kulit Purwa. Balo Lipa.
Sismarni, Jurnal Ilmiah Kajian Gender, 2010:97).
Suherman, Sunarto. 2017. Apreseasi Seni Rupa. Yogyakarta.Susanto, Mikke. (2002). Diksi Rupa. Ypgyakarta : Kanisius, 2002
Susanto, M. (2003). Membongkar Seni Rupa. In M. Susanto, Membongkar Seni Rupa (p. 10). Yogyakarta: Buku Baik.
Susanto, Mikke. (2011). Diksi Rupa. Edisi Revi. Yogyakarta: DictiArt Lab.
Susanto, Mikke. (2018). Diksi Rupa.III. Yogyakarta: DictiArt Labpratory
Trismaya, Nita. 2018. Kebaya dan perempuan: Sebuah narasi tentang identitas.(Jurnal Seni Rupa Warna), Vol. 6, No. 2, Juli: 151-159.