Rancang Bangun Alat Terapi Gerak Tangan Otomatis Untuk Pemulihan Fungsi Motorik Pasca Stroke
Main Article Content
Ardiansyah Putra Norman
Delsina Faiza
Winda Agustiarmi
Ryan Fikri
Stroke merupakan kondisi medis yang disebabkan oleh gangguan aliran darah ke otak, dimana pembuluh darah ke otak terganggu yang disebabkan penyempitan pembuluh darah, tersumbatnya pembuluh darah dan ataupun pecahnya pembuluh darah.Menurut world health organization (WHO), stroke merupakan salah satu penyebab utama kecacatan dan kematian di seluruh dunia. Kalsifikasi berdasarkan hasil skor tersebut yaitu skor <5 untuk stroke ringan, 5-14 stroke sedang. 14-25 stroke berat, dan > 25 stroke sangat berat.Gangguan motorik yang tampak setelah stroke dapat diperhatikan dari kelemahan otot, kurangnya terkontrolnya gerakan, sampai dengan peningkatan tingkat kekakuan tangan ketika tidak berkontraksi maupun relaksasi. Pemulihan fungsi motorik, khususnya tangan, sangat membantu pasien stroke mendapatkan kembali kemandirian mereka.Metode terapi ROM yang umumnya dilakukan melibatkan interaksi langsung antara pasien dan terapis. namun keterbatasan terapis dan ketidakmerataan fasilitas medis untuk pasien pasca stroke serta tingginya biaya menjadi salah satu faktor yang memperlambat proses rehabilitasi. Teknologi otomatisasi dengan fokus pada pengembangan perangkat terapi yang dapat memberikan latihan gerakan secara otomatis dan berulang serta dapat dilakukan di rumah merupakan solusi dari masalah tersebut. Salah satu keuntungan utama dari alat terapi gerak tangan otomatis adalah kemampuannya untuk memberikan gerakan berulang yang presisi dan terukur. Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan membangun alat terapi gerak tangan otomatis yang didesain dengan anggaran yang terjangkau.Alat terapi gerak tangan otomatis dirancang untuk membantu pasien melakukan gerakan sederhana, seperti menekuk dan memutar yang terpusat pada pergelangan tangan.
[1] N. Venketasubramanian, F. L. Yudiarto, and D. Tugasworo, “Stroke Burden and Stroke Services in Indonesia,” Cerebrovasc. Dis. Extra, vol. 12, no. 1, pp. 53–57, 2022, doi: 10.1159/000524161.
[2] Z. M. Razdiq and Y. Imran, “Hubungan antara tekanan darah dengan keparahan stroke menggunakan National Institute Health Stroke Scale,” J. Biomedika dan Kesehat., vol. 3, no. 1, pp. 15–20, 2020, doi: 10.18051/jbiomedkes.2020.v3.15-20.
[3] C. D. Mayastuti, “Pengaruh Constrain Induced Movementtherapy (CIMT) terhadap fungsional tangan pasien stroke,” J. Kesehat., vol. 12, no. 2, pp. 344–357, 2025.
[4] L. D. Mustafa, A. M. Imamuddien, and Y. H. P. Isnomo, “Smart hand glove terapi pasien pasca stroke berbasis internet of things (IoT),” J. Eltek, vol. 21, no. 1, pp. 20–27, 2023, doi: 10.33795/eltek.v21i1.3012.
[5] H. Liu, C. Cordella, P. Ishwar, M. Betke, and S. Kiran, “Consistent long-term practice leads to consistent improvement: Benefits of self-managed therapy for language and cognitive deficits using a digital therapeutic.,” Front. Digit. Heal., vol. 5, p. 1095110, 2023, doi: 10.3389/fdgth.2023.1095110.
[6] T. Ingwersen et al., “Long-term recovery of upper limb motor function and self-reported health: results from a multicenter observational study 1 year after discharge from rehabilitation,” Neurol. Res. Pract., vol. 3, no. 1, 2021, doi: 10.1186/s42466-021-00164-7.
[7] V. Afma, T. Thomas, Z. Arifin, and A. Merjani, “Perancangan Control Switch Automatic Dengan Infrared Menggunakan Metode Quality Function Deployment,” J. ARTI (Aplikasi Ranc. Tek. Ind., vol. 19, no. 2, pp. 159–165, 2024, doi: 10.52072/arti.v19i2.1087.













